Mengunjungi perpustakaan dari sekolah satu ke sekolah lain menjadi makanan sehari-hari kami yang bertugas di lapangan untuk program pengembangan perpustakaan ramah anak di Taman Bacaan Pelangi. Untuk di Kab. Ende sendiri, ada 38 SD yang perlu dikunjungi untuk memeroleh pendampingan, terutama untuk berbagi jika ada kesulitan yang dihadapi selama menjalankan program perpustakaan.

Saat jam istirahat, tidak ada keharusan untuk anak-anak datang ke perpustakaan. Namun, sebuah gaya gravitasi selain bumi mampu menarik mereka untuk datang ke perpustakaan. Jajaran buku yang terpajang di rak buku menjadi tujuan langkah kaki mereka, seakan-akan buku inilah yang menarik langkah kaki anak-anak ini.

 

Siswa SDI Nangapanda 2 Berbagi Buku Saat Istirahat
Siswa SDI Puupau Membaca Buku Bersama di Depan Perpustakaan
Berbagi Buku!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Yang perlu dikaji lebih dalam lagi adalah, variabel apa yang mampu menarik makin banyak anak? Apakah jumlah buku (artinya, semakin banyak buku, semakin banyak anak yang akan mendekat)? Di beberapa kasus yang saya temui, memang begitu. Tapi, di banyak kasus lain, ternyata tidak.

Yang dapat saya amati, konten buku tersebut menentukan besar kecilnya gaya gravitasi yang ditimbulkan. Buku yang isinya sesuai dengan usia mereka, yang memuat gambar-gambar menarik, dan yang tidak menyiksa mereka dengan banyaknya tulisan, ternyata menarik banyak anak-anak. Bahkan, satu buku mampu mendekatkan lebih dari empat anak. Wow!

 

Ibu Theres dari SDI Ende 12 Membaca Buku dengan Menarik
Bpk Sipri dari SDI Ende 14 Membacakan Buku
Siswa Kelas 1 SDK Puubheto Minta Dibacakan Buku oleh Ibu Arnel

 

Faktor lain yang memengaruhi besar kecilnya gaya gravitasi adalah cara buku itu dihidupkan. Jika ada seseorang, bisa guru, pustakawan, kepala sekolah, atau siswa, membacakan buku dengan menarik, pasti semakin banyak anak yang mendekat ke buku.  Gravitasi yang dipancarkan buku yang dibacakan dengan ekspresi sering kali mengalahkan gravitasi bola voli atau bola sepak yang ada di lapangan sekolah.

 

Sayangnya, banyak yang masih beranggapan bahwa minat baca adik-adik di Indonesia bagian timur ini rendah. Mungkin saya yang tidak paham apa yang dimaksud dengan minat baca rendah, atau mungkin saja minat baca mereka tidak setinggi anak-anak di kota besar karena tidak banyak buku yang memiliki gaya gravitasi kuat, seperti yang saya ceritakan sebelumnya.

Entahlah. Yang pasti, minat baca anak-anak tidak meningkat begitu saja, tapi perlu dipicu dengan hal-hal yang membuat mereka meringankan langkah kaki ke buku.