Sinar matahari menyusup melalui celah kisi-kisi jendela perpustakaan SDK Boawae, tatkala Bu Indriati Julita Bunga, Wali Kelas III, melakukan kegiatan membaca lantang, menambah indah suasana dan visual kegiatan membaca di perpustakaan. Keceriaan para siswa terpancar dari mata mereka yang tampak berapi-api mendengarkan wanita yang akrab disapa Bu Indri, membacakan cerita. Tangan mereka pun berulang kali teracungkan ke udara, menyambut pertanyaan-pertanyaan yang Bu Indri lontarkan terkait cerita yang dibacakannya. Ditambah dengan keseruan para siswa dan Bu Indri ketika menirukan kembali suara dan gerakan yang menarik dari buku cerita sebagai pamungkas dalam kegiatan membaca lantang.

Mendengarkan Bu Indri membacakan cerita, tak heran jika para siswa seantusias itu. Cerita yang seru dengan gambar yang menarik dikemas dengan sangat apik dan piawai ditambah dengan berbagai macam ekspresi, intonasi, dan gerakan oleh Bu Indri, hingga anak-anak semakin terlarut dalam cerita tersebut. Dengan adanya kegiatan membaca lantang di perpustakaan ini, membuat siswa Bu Indri mulai pandai menirukan bagaimana cara membacakan cerita yang menyenangkan ketika membaca di perpustakaan saat jam bebas.

Selain membacakan cerita untuk para siswa pada jam kunjung perpustakaan, ternyata Bu Indri juga membacakan cerita untuk anaknya yang masih TK. Berawal dari anaknya yang melihat Bu Indri membaca lantang saat kegiatan jam kunjung di perpuatakaan untuk siswa kelas III.

“Mama, bisa baca buku untuk saya?” Pinta anak Bu Indri.

Langsung saja, Bu Indri meminta anaknya mengambil buku yang disukainya, dan Bu Indri akan membacakannya sampai selesai. Sama halnya dengan para siswa di sekolah, anaknya pun merasa senang dan terhanyut tatkala Bu Indri membacakan cerita yang dikemas dengan berbagai macam ekspresi di dalamnya, hingga membuatnya ingin terus mendengarkan cerita dari Bu Indri.  Biasanya setelah dibacakan buku, anak Bu Indri suka bercerita lagi dengan versinya. Pernah suatu ketika, Bu Indri membacakan buku koleksi perpustakaan berjudul “Senggutru dan Raksasa”. Anaknya yang masih duduk di bangku TK dan baru mengenal huruf, menyimak cerita tentang kurcaci dan raksasa itu dengan seksama. Selesai Bu Indri membaca, ternyata anaknya bisa menyebutkan cerita tersebut dengan baik, sembari melihat gambar-gambar yang ada di halaman cerita tersebut.

”Senggutru itu to Mama, dia kecil sekali, kayak kurcaci begitu.” Seloroh anak Bu Indri setelah selesai dibacakan cerita.

Jadi sekarang, Bu Indri juga sama seperti siswa yang lain, suka meminjam buku di perpustakaan, untuk kemudian dibacakan kepada anaknya yang ada di rumah, hihihi…

Lalu, apa sebenarnya rahasia Bu Indri dalam menciptakan kegiatan membaca yang menyenangkan? Kepada tim TBP, Bu Indri memberikan tips dan trik yang bisa dipakai oleh para Guru agar kegiatan membaca lantang di perpustakaan bisa semakin menyenangkan bagi siswa, pun Guru itu sendiri:

  1. Pertama, persiapan saat akan melakukan kegiatan membaca
  2. Kedua, pemilihan buku, sebelum membaca, pilih buku yang menarik, baca buku untuk memahami ceritanya
  3. Ketiga, latihan dulu di rumah, bisa bersama dengan anak atau sanak saudara yang masih kecil di rumah. Bacakan buku yang sudah dipilih dengan ekspresi, gerakan, dan intonasi yang menarik. Karena saat latihan tersebut, sekalian bisa mengidentifikasi bagian-bagian menarik yang akan ditunjukkan dan pertanyaan apa saja yang akan diajukan setelah membaca.

“Saya rasa, kalau guru sudah paham membaca lantang, siswa bisa menikmati kegiatan membacanya, dan selanjutnya kita bisa adakan kegiatan lomba membaca lantang.” Tutur Bu Indri yang menjadikan “Ketika Listrik Padam” sebagai buku favoritnya untuk membaca lantang.

Membacakan cerita kepada anak dengan menambahkan beragam ekspresi, intonasi, dan gerakan yang menarik ternyata bisa membantu siswa semakin dalam menyelami cerita tersebut. Hal ini membuat mereka semakin paham isi cerita, hingga tak jarang membuat beberapa dari mereka juga tertular, ketika membaca mereka akan membubuhkan ekspresi, intonasi, dan gerakan yang menarik, hingga siswa bisa menjadi pembaca yang lebih baik.

Dengan kepiawaiannya membacakan cerita, Bu Indri juga menjadi contoh bagi teman guru yang lain. Teringat di awal percakapan dan diskusi saat SDK Boawae mulai bermitra dengan TBP, Bu Indri menyatakan bahwa beliau sedikit ragu dan kurang percaya diri jika diberikan tanggung jawab sebagai Guru Koordinator untuk kegiatan membaca di perpustakaan, karena munurutnya masih ada guru-guru senior yang lebih banyak pengalamannya dibandingkan beliau. Namun, Mama Rosa, begitu Kepala Sekolah biasa disapa, punya pandangan lain, semua Guru, sama rata, diberikan peran dan tanggung jawab masing-masing, dan memang, pandangan Kepala Sekolah sudah tepat, Bu Indri memang seperti sudah ditakdirkan menjadi Guru Koordinator di perpustakaan ramah anak (hehehe).

Kini, kepercayaan diri Bu Indri sudah lebih terbangun, Bu Indri, jika ada waktu luang selalu menyempatkan diri untuk mendampingi teman guru yang lain ketika melakukan kegiatan membaca di perpustakaan saat jam kunjung. Sebagai bentuk pemantapan, Bu Indri berkonsultasi dengan Kepala Sekolah dan Guru Senior, menggali berbagai hal baik yang bisa dipelajari dan diterapkan untuk perkembangan perpustakaan nantinya. Itu semua tak lepas dari semangat Bu Indri yang ingin membuat perubahan baik dalam dirinya, sehingga kepercayaan dirinya meningkat.

Dan perlahan, Tim TBP juga mendorong Bu Indri untuk rutin membantu melakukan pendampingan dan observasi kegiatan membaca yang dilakukan oleh teman guru yang lain, hal ini pun disambut baik dan disanggupi oleh Bu Indri.