Beberapa hari lagi kepala sekolah dan guru mengikuti pelatihan Jam Kunjung Perpustakaan, dan ini adalah saatnya memberitahukan kapan dan di mana pelatihan akan dilakukan. Kami datang dari sekolah satu ke sekolah lain untuk menghantarkan undangan dan menegaskan pentingnya kehadiran para kepala sekolah dan guru untuk keberlangsungan perpustakaan nanti.

Berbagai pertanyaan muncul dari para calon peserta pelatihan. Dan beberapa guru yang sudah pernah mengikuti pun seakan pamer tentang jalannya pelatihan pertama lalu, yang katanya berbeda dari pelatihan lain yang pernah diikuti. Dari sejumlah tanggapan yang saya pernah dengar, saya berani simpulkan bahwa yang paling berkesan adalah terciptanya suasana yang akrab, baik itu antarpeserta maupun dengan para fasilitator. Senang sekali mendengarnya!

Pada pelatihan kedua ini, kepala sekolah kembali hadir, mengingat perannya yang sangat penting dalam keberlanjutan sekolah, khususnya keberlanjutan perpustakaan.

Saat mengundang dan berbincang di salah satu sekolah, ada pertanyaan yang cukup menyita perhatian saya. Salah satu guru menanyakan apakah bisa uang ganti transportasi ditambah karena lokasi SD yang cukup jauh dari lokasi pelatihan. Memang benar, salah satu yang menjadi perhatian tim kami pada fase ini adalah lokasi beberapa SD dan biaya transportasi yang terbilang mahal.

Kami mengakui, uang ganti yang kami sediakan tidak sebanding dengan yang mereka keluarkan untuk mencapai lokasi pelatihan. Namun, tim kami sudah menghitung berbagai kemungkinan untuk bisa menambahkan, tapi kemudian kami sepakat bahwa penambahan tak bisa dilakukan dan nilai tersebut adalah nilai terbaik.

Saya ungkapkan alasan tersebut ke guru yang menanyakan sembari menambahkan, “Bapak dan Ibu, semoga ilmu yang didapatkan saat pelatihan nanti dapat mengganti apa yang tidak bisa kami berikan.”

Saya lihat penjelasan saya cukup mengubah raut muka para guru di sekolah tersebut. Tak lama, kepala sekolah yang saat itu duduk di samping saya menyampaikan, “Bapak Ibu Guru, kita di sini harusnya sudah sangat bersyukur karena memiliki kesempatan bekerja sama dengan Taman Bacaan Pelangi dan akan mendapatkan banyak sekali bantuan. Ibu, nanti kami tiga orang akan datang ke pelatihan, dari hari pertama sampai hari terakhir,” ujar beliau dengan penuh semangat.

Jujur, saat itu saya bingung bagaimana menyampaikan pada mereka kalau kami tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka, dan yang bisa kami berikan adalah informasi dan ilmu saat pelatihan nanti. Tapi kesigapan kepala sekolah saat itu kemudian sukses memupus kepanikan dan kebingungan saya. Tak hanya itu, para guru kemudian menanyakan pada saya apakah mereka boleh menuliskan “Taman Bacaan Pelangi” di dinding perpustakaan. Karena tak ingin membebani, saya pun membebaskan mereka. Yang saya kemukakan adalah bahwa tim TBP pasti akan sangat senang kalau ada tulisan itu di dinding perpustakaan.

Salah Satu Sisi Tembok Perpustakaan 🙂

 

Di luar dugaan saya, ternyata salah seorang guru mengungkapkan, “Ibu, maaf hanya ini yang bisa kami berikan untuk Taman Bacaan Pelangi.” Whoa! Saya tersadar, apa yang diucapkan kepala sekolah ternyata bisa mengubah reaksi guru 180 derajat dalam waktu singkat.

Setelah detik itu, saya semakin yakin bahwa saya tidak sendiri melakukan ini. Saya tidak perlu takut. Karena kami melakukan ini bersama-sama karena memang ini perpustakaan milik kita bersama. 

Pak Guru Ikut Membantu Menghias Perpustakaan

 

Bersama-sama Memastikan Keamanan Perpustakaan

Keyakinan saya ini dikonfirmasi dengan kerja sama berbagai pihak dalam menciptakan perpustakaan ramah anak di berbagai sekolah. Senangnya! 🙂

 

Mahrita