Perpustakaan tidak semata-mata tentang ketersediaan insfrastruktur dan buku yang memadai. Yang sama pentingnya, bahkan mungkin tidak kalah penting, adalah sumber daya manusia yang berperan dalam mengelola perpustakaan tersebut. Infrastruktur yang sangat baik tidak ada artinya jika tidak ada yang mengelola. Buku-buku berkualitas pun tidak akan berguna jika tidak ada yang mengatur keberadaan buku tersebut. Sehingga, selain memberikan dukungan dalam bentuk barang, Taman Bacaan Pelangi juga memberikan pelatihan kepada kepala sekolah, guru, pustakawan, dan bahkan aparat pemerintahan, guna menjamin perpustakaan yang sama-sama dikembangkan ini agar sejalan dengan tujuan mereka untuk memberikan ruang bagi anak-anak dalam mengembangkan kecintaan mereka untuk membaca di lingkungan ramah anak dalam beberapa tahun ke depan.

 

Sesi pelatihan kali ini berfokus pada Pengelolaan Peerpustakaan, dan berlangsung selama tiga hari. Taman Bacaan Pelangi memberikan pelatihan kepada tiga perwakilan dari 20 sekolah, serta perwakilan dari dinas terkait di seluruh kecamatan sesuai lokasi sekolah yang bekerja sama (Ende Utara, Ende Timur, Ende, PUlau Ende, Ndona dan Nangapanda). Demi pelaksanaan pelatihan yang optimal, kami membagi pelatihan dalam dua kali pelatihan. Setiap pelatihan diikuti oleh kurang lebih 40 peserta. Pelatihan pertama dilaksanakan pada 19-21 April dan pelatihan kedua pada 23-25 April.

 

Kami selalu percaya bahwa pembelajaran terbaik adalah saat kita berada di kondisi yang menyenangkan. Oleh karena itu, kami berusaha membuat pelatihan ini tidak hanya kaya akan materi pelatihan namun juga menarik peserta untuk lebih aktif dalam pelatihan. Salah satunya, kami mendorong peserta pelatihan untuk menyampaikan pendapat mereka tentang apa yang dimaksud dengan perpustakaan ramah anak. Di kesempatan lain, kami meminta peserta untuk merancang perpustakaan dengan mempertimbangkan sendiri bagaimana tata letak perabot, posisi meja pustakawan, dan bagaimana pengaruh cahaya terhadap bagian dalam perpustakaan. Terakhir, kami juga menyampaikan bagaimana kami dapat memberikan dukungan secara positif pada perpustakaan. Kami menekankan pentingnya kerja sama yang setara antara dua pihak, bukan satu pihak mendominasi pihak lain. Oleh karena itu, kami, Taman Bacaan Pelangi, tidak akan pernah secara sepihak mengkritik atau memarahi pustakawan atau pihak lain yang ada di sekolah, namun kami akan bekerja sama untuk mencari cara bagaimana meningkatkan hal-hal yang ada di perpustakaan. Mengutip High School Musical, kita semua bersama-sama dalam hal ini.

Simon, Kepala SDI Otombamba, salah satu peserta yang paling aktif dalam pelatihan, saat berpartisipasi dalam diskusi kelompok besar
Bp. Kanisius Se dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Ende Memberikan Sambutan
Mendiskusikan perencanaan denah perpustakaan

 

Peserta ternyata tetap terlibat aktif dalam pelatihan selama tiga hari penuh. Banyak pertanyaan dan isu-isu yang diangkat selama pelatihan. Pertanyaan yang disampaikan di antaranya mengenai perbedaan pendapat apakah menyampaikan kritik dan menunjukkan kesalahan termasuk cara mendukung yang negatif atau positif. Namun, setelah debat yang cukup  panjang, akhirnya disepakati bahwa cara mendukung yang paling baik adalah saat tidak ada pihak yang merasa diserang. Sehingga, cara mendukung terbaik adalah saat semua pihak bersama-sama berdiskusi untuk mencari cara untuk menjadi lebih baik-kurang lebih sama dengan keseluruhan pelatihan ini.

Secara keseluruhan, enam hari pelatihan ini berlangsung menyenangkan: penuh tawa bahagia, debat menarik, dan bahkan air mata. Semoga antusiasme yang tercermin dalam pelatihan ini terus terjaga sampai di perpustakaan, bahkan bertahun-tahun ke depan.