Persiapan perpustakaan ramah anak di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur telah sampai pada kegiatan pelatihan guru. Kami mengundang kepala sekolah, pustakawan, dan empat orang guru untuk hadir di pelatihan yang diadakan selama tiga hari berturut-turut. Kami juga mengundang perwakilan Dinas Perpustakaan Kabupaten Belu untu terlibat loh! Tidak lupa, kami pun mengundang perwakilan orang tua murid dan komite untuk terlibat menjadi peserta pelatihan. Yeayy!!

Kepala Dinas Kab. Belu, Bapak Marsianus Loe Mau, SH membuka acara pelatihan secara resmi

Ketiga sekolah terpilih yang kami ajak untuk bekerja sama dalam mendirikan perpustakaan ramah anak adalah SD Inpres Wedomu, SD Inpres Tenubot, dan SD Inpres Wekatimun. SDI Tenubot dan Wekatimun berada di seputaran kota Atambua, sedangkan Wedomu bisa ditempuh sekitar 30 menit dari kota Atambua.

Bahas apa ya waktu itu sampai tertawa begini? ๐Ÿ˜€

Beberapa poin penting yang didiskusikan selama pelatihan ini adalah pentingnya menjadi guru atau orang dewasa yang ramah anak. Bukan hanya gedung perpustakaan beserta fasilitasnya saja yang memenuhi kebutuhan anak yang berbeda-beda, tetapi juga semua orang dewasa yang ada di sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha, penjaga sekolah, bahkan petugas kebersihan harus ramah anak.

Pak Ande dari SDI Wekatimun sedang mempraktikkan apa ya? ๐Ÿ˜‰

Orang dewasa yang ramah anak ditandai dengan bahasa tubuh yang positif, menghargai anak, mendukung anak, membantu anak ketika meminta tolong, meminta tolong ketika memerlukan bantuan anak, dan tentunya membangun bahasa yang positif dalam percakapan sehari-hari.

Pak Frans dari SDI Wedomu sedang praktik kegiatan Membaca Lantang
Bersenang-senang ketika melakukan kegiatan Membaca Lantang

Dalam pelatihan selama tiga hari itu , kami juga memperkenalkan empat kegiatan membaca yang dapat dilakukan oleh bapak dan ibu guru dalam jam kunjung perpustakaan yang sudah disepakati untuk setiap kelas. Kegiatan membaca itu adalah Membaca Lantang, Membaca Bersama, Membaca Mandiri, dan Membaca Berpasangan.

Senangnya! ๐Ÿ™‚
Ibu kepala sekolah SDI Wekatimun mau terbang kemana ya? ๐Ÿ™‚

Keempat kegiatan membaca yang kami perkenalkan pun merupakan kegiatan membaca di mana guru dan murid bisa bersenang-senang bersama-sama. Memang perlu keterbukaan dari antara guru untuk mau membuka diri supaya lebih dekat dengan anak didiknya. Mereka pun bisa loh bersenang-senang! Membaca bukan lagi identik dengan belajar saja. Setuju kan?

Diskusi apa ini ya? Serius nih kelihatannya! ๐Ÿ™‚ (Ki-ka): Pak Ande, Pak Ludo, Ibu Anci

Ketika kegiatan membaca tersebut dipraktikkan , semua peserta terlihat bersenang-senang. Bisa dibayangkan apabila kegiatan membaca ini dilakukan kepada anak-anak? Ooo… senangnya mereka pasti tiada duanya. Kami mendorong para guru untuk mempersiapkan diri dengan matang sebelum nanti melakukan kegiatan membaca ini di depan murid-muridnya.

Kak Fina, Tim Taman Bacaan Pelangi sedang mempraktikkan kegiatan Membaca Bersama
Pak Ande sedang serius mempersiapkan kegiatan membaca

Tantangan utama ketika bapak dan ibu guru ini kembali ke sekolaha adalah membagikan ilmu yang sudah didapat kepada bapak dan ibu guru lain di sekolah yang tidak hadir dalam pelatihan. Selain itu, guru-guru perlu sedikit lebih rajin untuk mempersiapkan diri dalam melakukan kegiatan membaca ini. Kesenangan yang didapatkan selama pelatihan mudah-mudahan bisa ditularkan dan dibawa ke dalam perpustakaan maupun ruangan kelas. Tentu, kami Taman Bacaan Pelangi akan terus mendampingi dan memastikan perpustakaan di sekolah tetap ramah anak.

 

Atambua, 1.9.2018

Monik