Salah satu langkah untuk meningkatkan minat baca anak adalah dengan membacakan buku-buku yang berkualitas. Anak-anak akan senang dan tertantang jika buku yang dibacakan kepada mereka seru. Guru juga harus pandai-pandai dalam memilih buku yang tepat untuk anak-anak. Sehingga anak-anak dan guru bisa menikmati saat kegiatan membaca di perpustakaan. Buku yang akan saya ulas ini mungkin bisa menjadi rekomendasi para guru saat kegiatan membaca.

 

Kisah Bebe si Burung Beo yang diperjualbelikan di pasar burung sungguh berliku-liku. Tak mudah baginya memang untuk dibeli oleh para pengunjung pasar. Awalnya ada seorang gadis kecil bersama ayahnya yang melihat-lihat burung-burung yang ditaruh di dalam sangkar. Bebe si Beo pun mulai beraksi. Bahkan, ia bernyanyi dengan sangat lantang. Bukannya senang, gadis kecil itu justru terganggu dengan suara nyanyian Bebe. Gadis kecil itu tak tahan, hingga menutup kedua tangannya dengan jari jemarinya. “Cip cericiiip … cuci cuwiiit,” demikian nyanyia si Bebe pagi itu. Bebe ingin sekali dipilih. Namun, sayang gadis kecil itu lebih memilih Burung Ketilang untuk dibawa pulang.

 

Bebe mulai bernyanyi.

 

 

Bebe tak pantang menyerah. Ia yakin pasti kali ini akan dipilih. Bebe berusaha menirukan suara-suara burung lainnya. Awalnya, Bebe menirukan suara Burung Murai. “Cericip cuiiit, cericip ciuuuuuuuuung,” demikian suara nyanyian Bebe yang menggema. Walaupun Bebe sudah berusaha sekuat tenaga, namun apalah daya, pembeli tetap belum memilihnya.

 

Aksi lainnya yang dilakukan Bebe, sebagai tokoh utama dalam buku ini agar dipilih oleh pembeli termasuk “out of the box”. Jika biasanya ia menyanyi sendiri kali ini Bebe mencoba untuk berduet bersama Burung Cucakrowo. Bebe berusaha dengan sekuat tenaga untuk bernyanyi sebagus mungkin seperti Burung Cucakrowo. “Cucu ciuuung, cucu cuwiiiww,”. Usaha yang dilakukan Bebe terasa sia-sia, lantaran belum juga dipilih oleh pembeli.

 

Bebe berduet dengan burung cucakrowo.

 

Bebe terus berusaha sekuat tenaga. Bebe merasa jika dirinya juga bisa menyanyi semerdu Burung Nuri. Baginya, menirukan suara Burung Nuri adalah hal yang begitu gampang. Ia kembali bernyanyi untuk menarik pembeli. “Cuci Cuwiiiiit, Cuci Ciuuuung,” suara Bebe mulai menggema. Usaha yang dilakukannya kali ini pun belum berhasil menarik para pembeli untuk meliriknya.

Suatu hari, Bebe merasa sangat sedih. Tubuhnya kuyu meratapi nasibnya yang belum juga dibeli oleh para pembeli. Ia melihat di sekelilingnya, sangkar-sangkar itu telah banyak yang kosong. Burung-burung itu telah memiliki tuannya masing-masing. Tersisa beberapa burung saja, termasuk Bebe.

 

Bebe menyadari bahwa ia tak perlu menirukan suara burung lainnya. Ia berusaha untuk menjadi dirinya sendiri. Ia harus percaya diri. Memang tak mudah baginya. Namun, ia terus meyakinkan pada dirinya sendiri. Bebe pun mulai berlatih dengan nyanyiannya sendiri. “Cuci cuwit, Cuw Cuwiw Cuit Ciung,” suara merdu Bebe terdengar. Bebe yakin suatu saat nanti akan ada pembeli yang memilihnya.

 

Beberapa hari kemudian, seorang anak laki-laki bersama ayahnya sedang berkunjung ke pasar burung. Bebe mulai beraksi dengan nyanyiannya sendiri. Bebe yakin, pembeli kali ini akan memilihnya. “cuit ciung, cuiit ciung… cuiit ciung,” nyanyian Bebe terdengar nyaring. Nyanyian Bebe pun berhasil meanarik pembeli. Akhirnya anak laki-laki berkaos merah itu pun membeli Bebe.

 

inilah pembeli Bebe si Beo Lincah.

 

Buku ini sangat cocok untuk dibacakan pada saat kegiatan membaca lantang. Selain ada suara-suara menarik dan lucu yang bisa diikuti, anak-anak juga akan senang dengan gambar-gambar yang lucu dan penuh warna. Selamat Membaca. Tri Sujarwo

 

Detail Buku :

Judul                          : Nyanyian Bebe

Penulis                         : Ruri Irawati

Ilustrator                     : Angelica Naomi

Penerbit                       : Yayasan Literasi Anak Indonesia

Tahun terbit                 : 2018

Jumlah halaman           : 24