Hadirnya Perpustakaan Ramah Anak di Kabupaten Nagekeo, berkat kerjasama Taman Bacaan Pelangi, Room to Read, Provisi dan Pemda Kabupaten Nagekeo, membuka kesempatan bagi guru – guru untuk menjadi pembaca yang baik, menjadi contoh menikmati membaca melalui kegiatan membaca yang menyenangkan bagi anak -anak di perpustakaan. Selain itu, tidak menutup kemungkinan guru mendapat kesempatan menjadi narasumber dalam berbagai kegiatan. Hal ini dirasakan oleh Silvester Bea, S.Pd dan Widyati Usman, S.Pd. Pada hari Kamis, tanggal 11 Mei 2023, 2 Orang guru asal Nagekeo itu hadir sebagai pemateri bersama tim TBP dalam acara Room to Read Board Member Visit 2023 di Bali. Acara ini  dilangsungkan di hotel Hyatt Regency, Sanur, Bali.

Pak Sil dan Bu Widy bersama Tim TBP berbagi pengalaman mengenai program pengembangan Perpustakaan Ramah Anak di Kabupaten Nagekeo

Dalam acara ini turut dihadiri penerbit buku Bestari, penulis buku cerita anak (Imelda Naomi), illustrator cerita anak (Wastana Haikal). Mereka berbagi bagaimana proses buku cerita anak mulai penulisan, pembuatan ilustrasi cerita, buku diterbitkan hingga disalurkan ke sekolah. Wah menarik ya. Tak kalah menarik, dalam kesempatan ini, Pak Sil dan Bu Widy berbagi pengalaman mengenai program pengembangan perpustakaan ramah anak di Kabupaten Nagekeo, dampak positifnya bagi anak-anak, guru, sekolah serta orang tua. Mereka juga berbagi cerita bagaimana buku anak yang ada disekolah digunakan oleh guru-guru  bersama anak -anak dalam kegiatan membaca yang menyenangkan seperti membaca nyaring, membaca bersama, membaca berpasangan dan membaca mandiri.

Mading Perpustakaan Ramah Anak di SDK Bokogo

Dalam Sharing pengalaman programatik pengembangan perpustakaan ramah anak ini, Pak Silvester Bea selaku Kepala SDK Bokogo. Di SDK Bokogo, Pak Sil mengungkapkan bahwa jumlah murid tahun ini 112 orang terdiri dari laki-laki 71 orang dan perempuan 41 orang. Sedangkan jumlah guru, pegawai dan pustakawati semuanya 12 orang. Melalui program perpustakaan ramah anak ada perubahan yang dirasakan sekolah. Melalui berbagai pelatihan, baik online maupun offline, guru, pustakawan dan kepala sekolah yang awalnya tidak mengoptimalkan perpustakaan menjadi tahu dan terampil, membuat perpustakaan yang awalnya kurang dilirik menjadi primadona baru untuk anak – anak. Anak – anak sekarang rajin meminjam buku, mereka suka menulis kembali apa yang mereka baca dari cerita sehingga membuat karya pantun, puisi atau menceritakan kembali sesuai imajinasi mereka. Sehingga melihat potensi mereka kami membuat mading kusus anak – anak di perpustakaan untuk menampung karya mereka.

Sebagai kepala sekolah, Pak Sil memotivasi guru- guru untuk tetap melaksanakan 4 kegiatan membaca di perpustakaan.Terus memotivasi anak untuk selalu meminjam dan mengembalikan buku. Pak Sil juga membangun komunikasi yang baik dengan orang tua dan komite untuk selalu mendampingi anak membaca di rumah. Orang tua murid dan anak-anak sangat antusias dengan adanya perpustakaan ramah anak di sekolah kami, sehingga orang tua murid juga sering datang ke perpustakaan pada hari Jumat sore untuk mendampingi anak mereka untuk membaca dan perpustakaan menjadi lebih aktif. Karena minat baca anak cukup tinggi, SDK Bokogo berencana menambah koleksi buku baru untuk anak -anak. Pak Sil menambahkan beliau sangat senang karena dapat bertemu secara langsung dengan penerbit buku, penulis cerita anak serta illustrator yang pada kegiatan membaca di perpustakaan sering disebutkan, serta berterima kasih pada orang – orang baik yang mensupport hadirnya Perpustakaan Ramah Anak di SDK Bokogo.

Taman baca untuk anak – anak di SDI Waemburung

Berlanjut kisah dari SDI Waemburung, Bu Widy menyampaikan terima kasih ada tim dari Taman Bacaan Pelangi yang datang ke sekolah. Gayung bersambut perpustakaan ramah anak  hadir disekolahnya. “Sekarang anak- anak rajin ke perpustakaan. Kalau dulu bisa dihitung jari yang kunjung ke perpustakaan, sekarang perpustakaan selalu penuh diserbu anak-anak. Ramai sekali! Mereka senang ke perpustakaan” tutur Bu Widy. “Karena melihat anak – anak yang selalu datang beramai – ramai ke perpustakaan, akhirnya kami membuatkan taman baca di dekat perpustakaan dari bangku dan meja yang tidak terpakai digudang disulap menjadi kursi dan meja baru yang berwarna warni untuk mereka membaca” sambungnya.

Bu Widy sedang membaca nyaring di perpustakaan ramah anak SDI Waemburung

“Melalui pelatihan pengelolaan perpustakaan ramah anak, rutinitas dan jam kunjung baik secara online maupun offline dari TBP, kami dibekali ilmu untuk mengenal kebiasaan membaca, mengenal jenjangnya untuk anak, menata perpustakaan dan melakukan kegiatan disana. Saya senang, anak -anak lebih senang lagi! Saya akan terus membaca bersama anak – anak dan berharap semua sekolah nantinya bisa ada perpustakaan ramah anak seperti ini. Terima kasih semuanya” ucap Bu Widy menutup ceritanya. Para hadirin tersentuh mendengar kisah dari Pak Sil dan Bu Widy. Mereka semangat untuk terus mendukung berjalannya program perpustakaan ramah anak. Semoga seluruh perpustakaan sekolah di Indonesia nantinya bisa menjadi perpustakaan ramah anak. Salam Literasi!