Dalam rangkaian program pengembangan perpustakaan ramah anak Taman Bacaan Pelangi di Kab. Ende, 20 sekolah mitra yang bekerja sama dengan Taman Bacaan Pelangi akan menjadwalkan jam kunjung perpustakaan. Oleh karena itu, perwakilan guru dan kepala sekolah diundang untuk mengikuti rangkaian pelatihan tentang jam kunjung perpustakaan yang dilaksanakan pada 1-4 Agustus 2018 (gelombang 1) dan 6-9 Agustus 2018 (gelombang 2).

Fokus pelatihan ini adalah untuk menghidupkan perpustakaan yang sedang dikembangkan di sekolah. Guru-guru yang diundang dilatih cara untuk mengajarkan rutinitas perpustakaan, yang terdiri atas peraturan perpustkaan, jenjang buku, cara meminjam buku, dan cara merawat buku. Sebelum para siswa diperbolehkan meminjam buku untuk dibawa ke rumah, mereka harus memahami rutinitas perpustakaan, dan tugas guru lah untuk mengajarkan keempat rutinitas ini. Selain itu, pelatihan kali ini juga membahas kegiatan membaca yang dapat dilaksanakan di perpustakaan.

Pelatihan dibuka oleh Bp. Radja Hilarius, perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Ende. Dalam sambutannya, beliau menegaskan pentingnya keberadaan perpustakaan di sekolah dengan buku-buku yang menarik minat membaca anak-anak.

Pembukaan Pelatihan oleh Bp. Hilarius dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Ende

Dibandingkan dengan Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan bulan April 2018, di pelatihan kali ini peserta lebih banyak melaksanakan praktik dan bermain peran. Pada hari pertama, dengan bantuan salah satu personil dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kab. Ende, Ibu Yustina, sebagai co-fasilitator, para peserta berperan sebagai guru dan siswa yang diajarkan tentang peraturan perpustakaan.

Ibu Yustina dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kab. Ende Menjadi Co-Fasilitator

Memasuki hari kedua, peserta pelatihan diajak untuk mempelajari cara-cara menghidupkan buku cerita yang ada di perpustakaan dengan membaca lantang. Pada sesi ini, peserta kembali bermain peran menjadi guru dan siswa yang dibacakan buku.

Peserta Pelatihan Berperan sebagai Siswa saat Guru Membaca Lantang

Permainan peran ini ternyata cukup efektif untuk menunjukkan pada para guru bahwa bahkan orang dewasa pun senang jika dibacakan buku, apalagi anak-anak.

Memasuki hari kedua, peserta belajar bagaimana membaca bersama di perpustakaan. Peserta kembali diajak untuk memposisikan diri sebagai siswa, dan sekali lagi mereka tampak menikmati buku yang “dihidupkan” dengan ekspresi dan gerakan menarik. Mereka pun berkesempatan untuk berlatih menghidupkan buku selama pelatihan ini.

Guru dan Kepala Sekolah Peserta Pelatihan Berperan Menjadi Siswa saat Membaca Bersama
Bpk. Lius Praktik Membaca Bersama

Di hari ketiga, pelatihan juga membahas dua kegiatan membaca yang tak kalah penting, yaitu kegiatan membaca berpasangan dan membaca mandiri, di mana anak-anak memiliki lebih banyak kebebasan untuk memilih buku yang mereka ingin baca di perpustakaan.

Ibu Maryam dari SDI Metinumba 2 Praktik Membaca Mandiri

Di sela-sela praktik kegiatan membaca yang dilakukan selama pelatihan 4 hari tersebut, peserta juga berkesempatan untuk berdiskusi dan menyampaikan pendapat mereka tentang apa yang telah dipelajari.

Bpk Simon dari SDK Nangapanda 1 Menyampaikan Pendapat

Setelah menjalani tiga hari pelatihan, peserta  mempraktikkan apa yang telah dipelajari bersama-sama di hadapan para siswa. Sekolah yang dikunjungi pada pelatihan gelombang pertama adalah SDI Otombamba, dan SDK Ende 6 untuk gelombang kedua. Sayangnya, hanya empat peserta yang mendapatkan kesempatan emas kali ini, dua peserta membaca lantang dan dua lainnya membaca bersama di tiap gelombang pelatihan.

Siswa SDI Otombamba Menikmati Kegiatan Membaca Bersama Bersama Ibu Arnel
Siswa Tampak Senang Membaca Buku
Ibu Oli Membacakan Buku untuk Siswa SDK Ende 6
Ibu Sofi dari SDK Nangamboa Membaca di depan Anak-anak
Permainan Sebelum Dibacakan Buku

Selesai melaksanakan kegiatan membaca lantang dan membaca bersama di hadapan para siswa, peserta kemudian berbagi tentang apa yang mereka lihat dan rasakan. Reaksi siswa yang menikmati buku semakin meyakinkan peserta tentang pentingnya menghidupkan buku di perpustakaan melalui kegiatan membaca untuk menumbuhkan kebiasaan membaca.

Pada praktik kali ini, perwakilan guru dari siklus sebelumnya dihadirkan untuk berbagi tentang apa yang telah mereka alami selama ada perpustakaan Taman Bacaan Pelangi di sekolah mereka.

Bpk. Sipri dari SDI Ende 14 Berbagi Pengalaman

Di akhir pelatihan, peserta kembali diingatkan tentang perpustakaan ramah anak, di mana perilaku positif orang dewasa menjadi elemen penting di dalamnya. Sesi ini dibawakan oleh tim ProVisi Education dengan bantuan dari tim Taman Bacaan Pelangi sebagai co-fasilitator.

Saat pelatihan selesai, kita merayakannya dengan foto bersama!