Literasi merupakan proses penting dari pendidikan. Hampir semua aspek kehidupan dari yang dasar hingga kompleks tak lepas dari kegiatan ini. Melihat urgensi dari literasi, bukan hal baru jika banyak sekolah atau institusi di daerah-daerah perkotaan yang maju menyediakan banyak ruang untuk memenuhi kebutuhan literasinya, seperti perpustakaan, toko buku, kegiatan les tambahan, yang ditunjang dengan kesadaran dari orang tua, guru-guru sekolah juga pemerintah setempat. Lalu bagaimana dengan daerah-daerah pelosok Indonesia yang bahkan akses terhadap buku, informasi, dan sosok sangat terbatas?

Taman Bacaan Pelangi menjadi salah satu jawaban untuk akses literasi di daerah timur Indonesia lebih mudah. Bukan hanya menghadirkan fisik perpustakaan saja, tetapi juga memberdayakan manusianya untuk terlibat dalam meningkatkan kemampuan literasi bagi masyarakat di Timur Indonesia. Baru-Baru ini Taman Bacaan Pelangi bekerjasama dengan Yayasan Kristen Wamena mengadakan pelatihan Penggunaan Buku Paket Kontekstual Papua di Kabupaten Ende, NTT.

Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari dari tanggal 11-13 Juli 2019 ini menggandeng guru Kelas 1 dari sepuluh sekolah se-Kabupaten Ende yaitu SDI 13 Ende, SDK Puubheto, SDK Kombandaru, SDI Ndona 3, SDI Barai 1, SDI Bhoanawa 2, SDK Roworeke 2, SDI Tetandara, SDK Detumbawa, dan SDK Wolowona. Selain dihadiri guru-guru kelas 1, pelatihan ini juga dihadiri oleh Kepala Sekolah dan pengawas SD masing-masing.

Pelatihan selama tiga hari ini membedah isi Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP), cara penggunaanya sampai ke tahap penilaian. Materi ini dibawa langsung oleh Netha Valentin Boseren salah satu penyusun buku ini yang didatangkan lansung dari Papua. Buku ini sebagai penjabaran dari Buku Nasional tematik kurikulum 2013 yang lebih diperinci dan menyesuaikan kearifan dan kebiasaan anak-anak yang ada di daerah Papua.

Salah satu materi adalah pengenalan huruf yang tidak dimulai dari A-Z seperti biasanya, tetapi anak-anak mulai diperkenalkan dengan abjad A, K dan I, karena di Wamena AKI merupakan salah satu barang yang hampir ada di setiap rumah. Hal ini juga yang diharapkan oleh Taman Bacaan Pelangi untuk penerapan pembelajaran kontekstual yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebiasaan yang dilakukan oleh anak-anak sehingga bisa merangsang mereka untuk bisa cepat membaca.

Selama tiga hari ini guru-guru kelas 1 sangat antusias dan semangat terlibat dalam semua sesi. Salah satunya adalah sesi microteaching, dimana materi pembelajaran yang telah dipaparkan kemudian dipraktikkan oleh guru-guru. Ada yang berperan sebagai guru, juga sebagai murid, salah satunya adalah materi melafalkan “Bunyi Huruf”. Tentu dari sesi ini diharapkan guru-guru bukan hanya mendapatkan materinya, tetapi bisa mempraktikkan langsung kepada anak-anak muridnya ketika di kelas nanti.

Menurut salah satu guru, Ibu Hermina Sewo yang berasal dari SDI 13 Ende, mengatakan “bahwa pelatihan ini sangat bagus untuk guru-guru, selain menambah wawasan juga mengasah diri untuk lebih aktif, terampil,dan kreatif”. Lain lagi dengan Bapak Fabianus Woka, Koordinator Pengawas SD Kab. Ende yang selama tiga hari berturut-turut hadir dalam kegiatan pelatihan ini, beliau memaparkan bahwa “ buku kontekstual Papua ini bisa membantu guru-guru kelas satu dalam menyiapkan pembelajaran, lebih kreatif lagi untuk menggunakan media pembelajaran saat proses KBM dan bisa lebih menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan anak-anak di Ende“.

Pelatihan Penggunaan Buku Kontekstual Papua ini menjadi awal dari Program Bebas Buta Huruf (BBH) yang dilaksanakan oleh Taman Bacaan Pelangi yang selanjutnya akan dilaksanakan pendampingan oleh dua orang Education Evaluator ke 10 sekolah program selama kurang lebih dua bulan. Dengan intervensi perpustakaan Taman Bacaan Pelangi dan Pendampingan program BBH ini diharapkan anak-anak kelas 1 bisa lebih cepat untuk membaca.

Ende, 22 Juli 2019
Kimo
Education Evaluator – BBH