Minggu yang menyenangkan! Ende kedatangan Kak Ariyo Zidni atau yang biasa dikenal dengan Kak Aio, pendongeng kelas internasional yang juga co-founder Ayo Dongeng Indonesia. Empat sekolah beruntung yang disambangi Kak Aio adalah SDI Barai 1, SDI Bhoanawa 2, dan SDI Ndona 3, dan SDI Otombamba. Kak Aio hadir sebagai pembicara pada lokakarya ke dua dalam rangkaian ‘Parents Engagement Program‘, sebuah lokakarya yang dimaksudkan untuk mendorong peran aktif mereka dalam peningkatan minat baca anak-anak. Kak Aio berbagi tentang bagaimana membuat anak tertarik untuk membaca dengan menggunakan silent book sebagai medianya.

Untuk beberapa orang tua yang belum lancar membaca, mendorong anak untuk mencintai buku sangatlah sulit. Bagaimana bisa membacakan buku cerita kepada anak-anaknya jika orang tua tidak bisa membaca? Nah, di lokakarya ke dua ini Taman Bacaan Pelangi menawarkan silent book sebagai salah satu solusinya. Silent book merupakan buku cerita bergambar tanpa teks. Tanpa teks, orang tua bisa mendongeng dengan bahasanya sendiri. Tanpa teks, silent book memungkinkan setiap orang tua untuk bisa membuka perkenalan anak dengan buku. Yang perlu dipelajari selanjutnya adalah bagaimana cara membawakan silent book ini supaya berkesan bagi anak-anak.

Suasana pelatihan di SDI Otombamba

Anak kecil hanya menyukai tiga hal: main, main, dan main.

Orang tua suka jadi naik darah ketika perintah untuk mandi ditolak mentah-mentah. Kemudian orang tua akan mulai ceramah tentang ‘mengapa kamu harus mandi’. ‘Kamu harus mandi supaya bersih dan tidak bau’ atau ‘kalau tidak mandi nanti kamu sakit’. Segala alasan yang dirasa logis diutarakan dengan harapan ajakan mandinya diterima, namun, tetap saja, penolakan berujung pada sikap abai. Lain cerita jika orang tua mengajak anaknya bermain buih sabun atau main air tanpa menyebut kata ‘mandi’ berikut dengan ceramahnya. Anak-anak akan dengan semangat menyambut ajakan itu. Anak-anak akan mengikuti perasaan mereka. Kalau mereka rasa seru, otomatis mereka akan ikut.

“Anak-anak nggak banyak mikir. Anak-anak merasakan,” kata Kak Aio.

Sama halnya dengan ilustrasi di atas, mendongeng pun harus dibawakan dengan suasana yang menyenangkan. Hal ini penting dilakukan untuk menghilangkan anggapan yang tidak tepat tentang buku—buku yang sering kali dikaitkan dengan beban belajar. Silent book membebaskan orang tua dan anak untuk berimajinasi dan berekspresi. Dengan ekspresi tentunya cerita akan lebih hidup dan seru. Namun, ekspresi baru bisa muncul jika pendongeng menikmati cerita dan ikut masuk merasakan suasana ceritanya. Untuk itu, Kak Aio berpesan supaya orang tua terlebih dulu menikmati cerita tanpa perlu sibuk mencari pesan moralnya. Cerita pun tidak perlu ditutup dengan kesimpulan maupun pesan moral dari pendongeng.

Orang tua murid SDI Barai 1 sedang mendongeng untuk Mas Tri Sujarwo dari Taman Bacaan Pelangi yang sedang berperan sebagai anaknya

Ciri khas dongeng adalah interaksi. Selama mendongeng, orang tua bisa melakukan tanya jawab dan diskusi. Cerita juga bisa dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Harapannya dongeng akan menciptakan pengalaman bersama yang baru dan menyenangkan bagi orang tua dan anak. Saat mendongeng, orang tua bisa mengenal anaknya lebih dekat lagi, begitu juga sebaliknya. Berulang kali Kak Aio mengingatkan untuk tidak membuat jarak sedikit pun saat mendongeng. Anak bisa dipangku atau orang tua dan anak duduk berdempetan di atas tempat tidur. Sebelum mendongeng orang tua perlu membiasakan untuk membuka obrolan tentang satu hari yang mereka lalui, tentang kegiatan belajar mengajar di sekolah, teman-teman, dan berbagai hal lainnya. Meluangkan waktu lima belas menit setiap malam untuk mendongeng akan menjadi sangat berarti.

Di akhir lokakarya orang tua yang hadir membawa pulang silent book. Bekal ini diharapkan bisa membantu mereka mengimplementasikan ilmu yang mereka dapat. Yuk, bersama-sama kita luangkan waktu untuk anak-anak untuk mendongeng setiap hari, bukan menunggu waktu luang. Kita bangun suasana yang menyenangkan supaya anak-anak semangat membaca. Selamat mendongeng.