Program pengembangan perpustakaan yang dikembangkan oleh Taman Bacaan Pelangi (TBP) merupakan perpustakaan ramah anak, yang itu berarti bahwa perpustakaan haruslah menyenangkan, baik dari segi pengelolaan manajemen perpustakaan, keramahan pustakawan, fasilitas rak, buku-buku dan tata ruang perpustakaan yang menarik, sehingga anak-anak akan lebih tertarik untuk datang ke perpustakaan, menikmati membaca banyak buku dan akhirnya tercapailah tujuan utama program ini, yaitu mengembangkan kebiasaan membaca anak-anak.

 

Akhir November lalu Tim TBP telah melaksanakan pelatihan pengelolaan perpustakaan kepada kepala sekolah, guru-guru, serta pustakawan dari 12 sekolah penerima manfaat program pengembangan perpustakaan ini.

 

Setelah pelatihan selesai, tentunya para peserta telah lebih siap untuk segera membangun manajemen perpustakaan yang baik, salah satunya yaitu dengan melakukan beberapa renovasi terhadap bangunan atau ruang perpustakaan yang akan ditempati, agar tentunya ruangan perpustakaan tersebut nantinya lebih aman, rapih, dan menarik untuk dikunjungi anak-anak.

 

Data renovasi perpustakaan telah Tim TBP terima sejak diadakan orientasi kepada para guru, komite sekolah, dan masyarakat di ke-12 sekolah masing-masing. Maka kini, saatnya menghias rumah pelangi, perpustakaan yang ramah anak!

Bahan renovasi perpustakaan siap di berangkatkan untuk salah satu sekolah
Bahan renovasi perpustakaan siap di berangkatkan untuk salah satu sekolah
Anak-anak sangat antusias ketika melihat truk yang penuh dengan bahan renovasi
Anak-anak sangat antusias ketika melihat truk yang penuh dengan bahan renovasi

 

Anak-anak membantu guru menurunkan bahan renovasi perpustakaan
Anak-anak membantu guru menurunkan bahan renovasi perpustakaan

 

Tentunya bagi masing-masing kami dari Tim TBP, berada di toko bangunan yang berbeda berhari-hari, membeli beberapa nama bahan bangunan yang baru pertama kali kami dengar, sampai menghafal beberapa fungsi bahan bangunan merupakan hal yang menarik dan patut kami ketahui (demi masa depan rumah tangga, hahaha).

 

Ups, ternyata tantangan Tim TBP tidak hanya sampai di pembelian bahan bangunan saja, bahkan pengiriman semua bahan-bahan renovasi perpustakaan ini diantarkan langsung pula oleh Tim TBP, untuk memastikan bahan renovasi tiba dengan baik dan lengkap.

 

Salah satu pengalaman uniknya adalah ketika kami mengantarkan bahan renovasi di salah satu sekolah yang letaknya cukup jauh naik ke atas bukit, dengan akses jalan tidak baik. Ketika kami berangkat dari toko bangunan, matahari masih sangat ceria menyinari Labuan Bajo, namun di tengah perjalanan menuju sekolah, mendung mulai menggelayut manja di awan-awan, membuat kami (Tim TBP dan kakak Driver) semakin deg-degan tak karuan. Alhasil, sepanjang jalan kami berdoa semoga dapat tiba tepat waktu (tanpa hujan) dan pulang (sebelum hujan turun).

 

Dikarenakan kakak driver merupakan pemuda desa setempat, maka demi menghemat waktu, kami melewati jalan pintas yang ternyata kondisi jalan tetap tak jauh berbeda buruknya dengan jalan utama, namun suguhan pemandangannya lebih menarik karena kami menyebrangi sungai dan berlomba jalan cepat dengan kerbau-kerbau yang baru pulang dari “membasuh diri” (hahaha).

 

Kerbau-kerbau berlarian dan mencoba bersembuyi di semak-semak ketika kami lewat
Kerbau-kerbau berlarian dan mencoba bersembuyi di semak-semak ketika kami lewat

Baru saja tiba di halaman sekolah, gerimis pun turun. Kami, kepala sekolah dan beberapa anak-anak yang masih bermain di halaman sekolah turut membantu menurunkan bahan renovasi dari mobil pick-up. Kami tak dapat bersantai sedikit lebih lama, selain karena hujan telah turun, kepala sekolah pun berseru, “Ibu… neka rabo (bahasa manggarai, artinya “jangan marah”, tapi maksudnya “maaf ya”), ibu langsung turun (pulang) saja ya, karena kalau hujan deras, bahaya ini jalan. Nanti malah tidak bisa pulang”.

 

Setelah berpamitan, kami langsung turun pelan-pelan, karena tentu saja jalanan cukup curam dan sudah sangat licin. Saya menyarankan kepada kakak driver agar pulang melewati jalan utama, karena bila hujan turun cukup bahaya jika kami kembali ke jalan sebelumnya yang harus menyebrangi sungai, arusnya tentu akan lebih deras. Kakak driver menyutujui saran saya, tapi saya lupa bahwa di jalan utama terdapat salah satu jembatan yang jalannya bolong, dan hanya dapat dilewati oleh kendaraan roda dua. Hahaha..

 

Terpaksalah kakak driver dan seorang temannya hujan-hujanan menumpukkan batu-batu menutupi lubang-lubang, merapikan kawat besi yang melintang, agar ban mobil dapat melewati jembatan dengan aman. Setelah beberapa menit menumpuk batu-batu besar di beberapa sisi, akhirnya mobil yang kami tumpangi dapat melewati jembatan bolong tersebut dengan aman.

 

Tapi, masih ada lagi satu tantangan yang (lagi-lagi) saya lupa sampaikan kepada kakak driver, bahwa setelah jembatan yang bolong tersebut terdapat tanah liat bergelombang yang sudah sangat keras, perlu kehati-hatian saat melintasinya agar ban mobil tidak terselip di salah satu sisi.

 

Dan terjadilah hal yang kami semua khawatirkan. Yeah, ban mobil terselip di salah satu sisi, sehingga sangat sulit untuk kembali melanjutkan perjalanan. Dengan segala usaha, dari menggali tanah menggunakan tangan dan linggis yang dipinjamkan oleh tetangga desa, tarik-tarikan mobil menggunakan tali oleh beberapa anak dan masyarakat sekitar, dan sebagainya.

Jalan yang masih harus kami lewati
Jalan yang masih harus kami lewati

 

 

 

gambar-6
Ban mobil yang terselip

 

gambar-8

 

 

Setelah ban mobil berhasil dikeluarkan, kami pun kembali melanjutkan perjalanan pulang ke rumah yang jaraknya masih cukup jauh. Hujan bukanlah sebuah kendala, karena hujan adalah berkah yang di setiap rintiknya adalah “amin” atas setiap harapan dan doa yang terucap. Bukankah setelah turun hujan akan muncul pelangi yang indah? Ayo, saatnya menghias rumah pelangi!^^

 

Labuan Bajo, 8 Desember 2016

Dewi Analis