Setelah sekolah terpilih, Taman Bacaan Pelangi akan memberikan pelatihan perpustakaan bagi Kepala Sekolah, Pustakawan dan Guru-guru. Karena perpustakaan ramah anak itu bukan hanya didukung oleh bangunan yang menarik dan buku-buku yang beragam namun didukung  pula oleh kemampuan sekolah untuk mengelola perpustakaan dengan baik dan juga sikap guru dan pustakawan ketika bersama anak di perpustakaan. Dua hal inilah yang kami pelajari dan diskusikan bersama dengan sekolah dalam pelatihan perpustakaan.

Ada hal yang menarik ketika aku memulai pelatihan di SDN 2 Naira, bukan hanya guru-guru kelas dan pustakawan yang mau mengikuti pelatihan namun guru mata pelajaran penjas dan agama bahkan penjaga sekolah pun mau hadir dalam pelatihan perpustakaan kali ini. Terlihat semangat para guru di SD 2 Naira sangatlah besar untuk membangun perpustakaan ramah anak di sekolah mereka. Aku pun jadi terpompa semangatnya walaupun kali ini aku harus membawakan pelatihan ini seorang diri, dan beruntung sekolah sudah punya proyektor sehingga aku bisa terbantu pada saat menyampaikan materi.

Pulau Naira merupakan gugusan pulau kecil berjarak 6 jam perjalanan kapal cepat di sebelah tenggara pulau ambon. Pasokan logistic ke pulau ini berasal dari ambon dan pulau ini juga sebagai pemasok ikan bagi ambon. Logistic dari ambon biasanya diantar dengan kapal cepat setiap 2 kali seminggu, atau dengan kapal besar Pelni yang datang setiap 2 kali sebulan. Untuk beberapa kebutuhan alat tulis untuk perlengkapan pelatihan sulit ditemukan di sini, untunglah aku sudah membeli beberapa perlengkapan di Kota Ambon sebagai persiapan. Sedangkan untuk keperluan tambahan seperti karton, kertas hvs, dan kertas warna bisa aku dapat disini namun harus  dibeli sehari sebelum pelatihan, karena toko-toko baru buka jam 10-an sedangkan pelatihan mulai jam 8 pagi.

Tempat fotokopi juga jadi hal yang cukup langka disini, walaupun aku menemukan 4 tempat fotokopi namun jam buka nya kadang tidak tentu dan kendala utama pada saat kita hendak fotokopi adalah mati listrik, solusinya aku titip materi yang akan di perbanyak sehari sebelumnya. Mati listrik memang sering terjadi disini mulai dari yang hanya 2 jam saja bahkan sampai setengah hari listrik baru bisa menyala kembali. Untung lah aku sudah mengatur siasat sebelum pelatihan, jika listrik menyala aku maksimalkan penggunaan proyektor, pada saat listrik mati aku gunakan karton manila sebagai pengganti slide presentasi.

Slide persentasi dan kertas karton menjadi sarana untuk menyampaikan materi

Hari pertama pelatihan aku memperkenalkan tentang kebiasaan membaca dan kelengkapan perpustakaan ramah anak mulai dari tata letak ruangan, sistem penjenjangan buku hingga prosedur peminjaman pada guru-guru di SDN 2 Naira. Materi ini menjadi hal baru bagi para guru-guru yang selalu antusias mengajukan pertanyaan dan kadang muncul diskusi mengenai apa yang mereka hadapi pada murid-murid di sekolah ini. Aku selalu mencoba menjelaskan secara detail dan sesederhana mungkin agar semua peserta pelatihan bisa paham dengan apa yang aku sampaikan, hingga pada akhirnya semua guru berkata “PAS”. Pas disini berarti sudah atau betul, berbeda dengan di jawa yang berarti lewat.

Ibu Vila menjelaskan tentang penjenjangan pada saat gallery walk

Hari Kedua kami membahas mengenai rutinitas perpustakaan,  dan praktek mengenalkan rutinitas pada murid-murid. Aku agak kesulitan disini karena biasanya aku dibantu co-fasilitator saat memperagakan materi yang disampaikan. Beruntung aku bisa dibantu Pak Uta salah seorang guru untuk menjadi relawan, biasanya kami brifieng sore hari sebelum memperagakannya, Pak Uta kadang ber acting menjadi seorang murid, seorang guru atau seorang pustakawan, terima kasih Pak Uta atas bantuannya. Walaupun terbiasa menghadapi muridn-muridnya namun tetap saja para guru terlihat canggung pada saat praktek di depan rekan-rekannya, namun saya memberikan apresiasi yang besar atas usahanya karna memang ini merupakan hal baru bagi mereka.

Pak Uta membantu praktek aturan 5 jari

Memajang Bahan Kaya Bacaan

Ibu Nur, Pustakawati menjelaskan mengenai prosedur peminjaman

Aku juga memperkenalkan bahan kaya bacaan pada guru-guru SDN 2 Naira, mereka begitu antusias untuk embuat gambar dan tulisan yang nantinya akan kita gantung di perpustakaan. Namun sayang beberapa hari berkeliling di pasar aku belum menemukan toko yang menjual tali kasur kebanyakan menawariku tali tambang plastic yang biasa digunakan untuk membuat jaring ikan, akhirnya sebagai alternative kugunakan tali raffia untuk menggantung bahan kaya bacaan.

Hari ketiga kami membahas tentang 4 kegiatan membaca yang dapat dilakukan di dalam perpustakaan, yaitu : Membaca Lantang, Membaca Bersama, Membaca Berpasangan dan Membaca Bersama. Aku memperagakan nya depan para peserta, dan peserta sebagian menjadi murid-muridku dan sebagian mengamati apa yang aku lakukan. Pada mulanya guru-guru masih ragu dengan manfaat yang bisa didapat dari kegiatan membaca ini, namun melalui peragaan membaca yang ekspresif mereka jadi menyadari bahwa dengan intonasi dan sikap saat membaca kita dapat menarik minat baca siswa untuk membaca dan memahami cerita. Bahkan pada saat prektek mebaca bersama, Ibu Vila walikelas 4 hanyut dalam cerita tentang nabi nuh yang kubacakan. Dia sampai penasaran ketika kuhentikan cerita di satu halaman, padahal ibu vila sendiri mungkin lebih hapal cerita nabi nuh dari pada aku. Selanjutnya aku persilahkan guru-guru untuk memilih buku dan mencoba kegiatan membaca di kelompok kecil masing-masing. Mereka sangat antusias untuk mencoba bercerita dengan penuh ekspresi.

Pak Irvan, walikelas 6 mempraktekan kegiatan membaca

Pak Abi, Pustakawan mencoba bercerita dengan penuh ekspresi

Tak terasa 3 hari pelatihan intensif pengelolaan perpustakaan di SDN 2 naira sudah berakhir. Senang rasanya bisa berbagi ilmu dengan guru-guru disana walau dari pagi hingga sore kami harus di sekolah, walau ibu-ibu guru harus bekerja ekstra pada saat istirahat siang harus pulang dulu kerumah untuk menyiapkan makanan bagi keluarganya terlebih dahulu. Namun mereka semua selalu semangat mengikuti pelatihan yang diberikan. Semoga apa yang kita pelajari bersama dapat menjadi bekal bagi guru-guru untuk membuat perpustakaan SD 2 Naira menjadi perpustakaan ramah anak yang kami mimpikan. Setelah pelatihan kami bersiap untuk renovasi perpustakaan untuk menyulap perpustakaan lama menjadi perpustakaan baru yang ceria.

Foto bersama setelah pelatihan 3 hari

Ada cerita lucu dari ibu Vera wali kelas 1 yang mempraktekkan kegiatan membaca di kelasnya, beliau membacakan cerita tentang Serigala dan Bangau yang mengajarkan kita untuk tidak pamrih saat memberikan bantuan. Selesai membaca cerita, Deni salah seorang muridnya bertanya, “Ibu Guru, bapak saya setiap pagi menarik ketingting (perahu kecil) mengantarkan orang menyebrang pulau dan dia meminta ongkos pada saat mereka turun, berarti bapak saya pamrih ya ibu?” pertanyaan lugu dan cerdas dari seorang anak pulau. Ibu vera perlu berpikir keras untuk menjawab pertanyaan tersebut, “tentu tidak, itu bukan pamrih Deni, kalau menumpang ketingting kita memang harus membayar ongkos untuk mengganti uang untuk beli minyak (bensin), kalau ada bensin nanti bapaknya Deni tidak bisa menghidupkan ketintingnya lagi dan orang yang diantar menyebrang tadi tidak bisa pulang ke rumahnya”, Deni pun mengangguk mendengar jawaban wali kelasnya, sungguh cerita yang polos yang lucu dari kelas 1. Dari pengalaman Ibu Vera tersebut aku jadi belajar juga bahwa dengan cerita kita bisa bisa memancing anak untuk selalu berfikir dan mengasah kemampuan otak mereka. Kejadian-kejadian seperti inilah yang selalu membuatku bersemangat untuk memberikan pelatihan pada guru-guru di Indonesia timur sana.

 

 

Ahmad Reza.