Pagi itu, saat guru-guru baru selesai melaksanakan praktek membaca lantang dan bersama dengan siswa mereka, pada saat refleksi. Kepala SD Islam Mananga di depan semua guru mengatakan

“Jika apa yang sudah kita dapatkan selama workshop ini benar-benar kita jalankan, maka saya sangat yakin masalah utama yang dihadapi oleh Kabupaten Sumba Tengah bisa terselesaikan, yaitu tentang tingkat literasi kita yang masih sangat rendah”

Hampir semua guru, termasuk pustakawan juga merasa kagum. Mereka baru tau kalau perpustakaan yang ideal itu ternyata tidak hanya meletakkan buku di ruang perpustakaan dan meminta siswa untuk membaca. Tetapi adalah bagaimana penataan ruangan sedemikian rupa yang mampu menarik siswa untuk berkunjung, dan kegiatan-kegiatan apa saja yang bisa dilakukan selama jam kunjung perpustakaan agar siswa tidak cepat bosan.

Selain sedikitnya akses bacaan berkualitas untuk anak-anak di Indonesia bagian timur, masalah lain yang dihadapi, khususnya di Daerah Sumba adalah, perpustakaan-perpustakaan Sekolah tidak dikelola sebagaimana mestinya. Ini bukan karena ketidak mauan dari pustakawan, ataupun pihak sekolah, tetapi karena ketidak tahuan mereka tentang standar pengelolaan perpustakaan yang ideal.

Taman Bacaan Pelangi hadir dengan harapan mampu menjawab permasalahan tersebut. Selain menyediakan buku anak-anak yang berkualitas, juga membekali pustakawan, guru, dan kepala sekolah tentang bagaimana pemanfaatan ruang perpustakaan menjadi tempat favorit bagi siswa untuk dikunjungi.

Kepala Sekolah, Guru, dan Pustakawan mendapatkan pelatihan selama sepuluh hari sebelum perpustakaan diresmikan, yang terbagi menjadi dua tema, yaitu tema 1 selama lima hari dengan materi manajemen  perpustakaan, dan sesi 2 selama lima hari juga dengan materi rutinitas perpustakaan. Harapannya tidak lain adalah, setelah perpustakaan diresmikan, baik kepala sekolah, guru, maupun pustakawan benar-benar memahami tanggung jawab masing-masing untuk mewujudkan perpustakaan yang ramah anak. Karena bagaimana perpustakaan atau taman bacaan tersebut bertahan akan sangat bergantung pada aktor- aktor local yang ada di sekitarnya.

 

             Melihat antusias dan semangat kepala sekolah, guru, dan pustakawan selama persiapan perpustakaan sebelum peresmian, dan komitmen mereka untuk mau menjalankan apa yang sudah mereka dapatkan selama pelatihan menjadi bukti bahwa, motivasi dan semangat mereka juga sangat besar. Mungkin selama ini mereka memang belum melihat kesempatan untuk meluapkan semangat tersebut.

Harapan- harapan baru mulai muncul dari Bapak/Ibu Guru, Kepala Sekolah, dan Pustakawan tentang Pendidikan anak-anak di Indonesia timur yang akan semakin baik, mulai dari hal yang mendasar, adalah tentang bagaimana anak-anak menyukai dan menikmati membaca. Tentu ini adalah sebuah semangat baru juga bagi Taman Bacaan Pelangi untuk terus bergerak, menjangkau lebih banyak lagi daerah di Indonesia Timur. Semoga langkah-langkah yang sudah dibuat, selalu meninggalkan dampak yang positif bagi daerah-daerah yang sudah dijangkau oleh Taman Bacaan Pelangi.

Maka, mungkin tidak berlebihan jika kita mengatakan, setiap Taman Bacaan yang Berdiri, di sana tumbuh harapan akan suatu perubahan.